Jurnal Teknik Kimia https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim <p>Welcome to the new official website of the <em>Jurnal Teknik Kimia </em> (previously accessible at <a href="http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/tekkim/index">http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/tekkim/index</a></p> <p>Starting from Volume 20, Issue 1 (2025), all publication processes will be carried out through this site.</p> <p><em>Jurnal Teknik Kimia </em>is an international open-access journal published three times a year—in February, June, and October. The journal accepts original research articles and literature reviews that aim to contribute significantly to the field.</p> Program Studi Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur en-US Jurnal Teknik Kimia 1978-0419 PENGARUH JUMLAH KATALIS COMO/BOTTOM ASH PADA PROSES CATALYTIC CRACKING MINYAK JELANTAH TERHADAP KARAKTERISTIK PRODUK BIOFUEL https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/42 <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi jumlah katalis <em>CoMo/bottom ash</em> pada proses <em>catalytic cracking</em> minyak jelantah terhadap karakteristik produk biofuel yang dihasilkan. Minyak jelantah dipilih sebagai bahan baku alternatif pengganti minyak bumi karena ketersediaannya yang melimpah dan potensinya untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Metode yang digunakan adalah <em>catalytic cracking</em> dengan variasi komposisi katalis <em>CoMo</em> dan <em>bottom ash</em>, yaitu <em>CoMo/bottom ash</em> 25:75 dan <em>CoMo/bottom ash</em> 75:25. Proses dilakukan pada suhu 150°C selama 1-2 jam menggunakan reaktor yang didesain khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi katalis berpengaruh signifikan terhadap yield dan kualitas biofuel. Pada komposisi 25:75, yield biofuel mencapai 5,04% atau 135 ml, sedangkan pada komposisi 75:25, yield hanya 3,73% atau 100 ml. Analisis kualitas produk berdasarkan SNI 7182:2023 meliputi densitas, viskositas, dan titik nyala. Densitas biofuel untuk komposisi 25:75 dan 75:25 masing-masing adalah 0,9010 gr/ml dan 0,9637 gr/ml, dengan nilai terbaik pada komposisi 25:75 yang mendekati standar SNI 7182:2023. Viskositas kedua komposisi memenuhi standar, yaitu 2,361 mm²/s untuk variasi 25:75 dan 2,365 mm²/s untuk variasi 75:25. Namun, titik nyala biofuel 73°C untuk 25:75 dan 75,8°C untuk 75:25 tidak memenuhi standar SNI 7182:2023. Kesimpulannya, komposisi katalis <em>CoMo/bottom ash</em> 25:75 menghasilkan biofuel dengan densitas dan viskositas yang lebih baik, meskipun titik nyala masih perlu ditingkatkan. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah optimasi proses aktivasi <em>bottom ash</em> dan eksplorasi variasi komposisi katalis lainnya untuk meningkatkan yield dan kualitas biofuel.</p> Putri Afifa Nur Oktadina Aida Syarif Muhammad yerizam Ali Medi Boni Junita Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-08-14 2025-08-14 20 1 127 134 NAOH FROM BITTERN SOLUTION WITH MEMBRANE CELL ELECTROLYSIS PROCESS https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/6 <p><em>Bittern is waste from seawater evaporation in the salt industry. Bittern waste contains various ions, some of which are macro and micro nutrients such as Mg<sup>2+</sup>, Na<sup>+,</sup> K<sup>+,</sup> Ca<sup>2+</sup> and Cl<sup>-</sup> ions. The Na<sup>+</sup> ions contained in bittern can be used to produce Sodium Hydroxide (NaOH). To reduce the negative impact of waste on the environment and increase the economic value of liquid waste from the salt making process, bittern is processed into NaOH through a membrane cell electrolysis process. The electrolysis process is carried out using a cation membrane. This method is carried out using two operating conditions that are varied, namely voltage (voltage) 6 volts; 8 volts; 10 volts; 12 volts; and 14 volts and electrolysis time is 1 hour; 1.5 hours; 2 hours; 2.5 hours; and 3 hours. The Na<sup>+</sup> ion content in bittern is 25933.5 mg/L. The best result of this study was the formation of NaOH deposits with a content of 15.53% at a voltage of 12 volts and an electrolysis time of 1 hour.</em></p> Danila Rorenzya Ardana Aurel Oktaviola Anggraeni Sri Redjeki Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-06-30 2025-06-30 20 1 73 83 REDUCTION OF Ni2+ CONCENTRATIONS IN ELECTROPLATING PROCESS WASTEWATER USING CHITOSAN-ACTIVE CARBON ADSORBENT https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/45 <p>The removal of Ni<sup>2+</sup> from electroplating process wastewater can be effectively accomplished using chitosan modified with activated carbon through an adsorption process. This research aims to develop adsorbents with varying mass ratios of chitosan to activated carbon and assess their efficacy in reducing Ni<sup>2+ </sup>concentrations, the impact of contact time on this reduction. Adsorbents were prepared by crosslinking protonated chitosan with tripolyphosphate and incorporating activated carbon in the following ratios: 0.5:1.5, 0.75:1.25, 1:1, 1.25:0.75, and 1.5:0.5 grams per gram. The adsorption process involved contacting 500 milliliters of electroplating process wastewater with 2 grams of adsorbent for various durations of 15 to 75 minutes. Ni<sup>2+</sup> concentration in the filtrate was analyzed using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), and the adsorbent was characterized with Scanning Electron Microscopy and Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX). The optimal conditions for Ni<sup>2+</sup> removal occurred with a chitosan/activated carbon mass ratio of 0.5:1.5 grams per gram and a contact time of 60 minutes, resulting in a final Ni²⁺ concentration of 2.17 mg/L, an adsorption efficiency of 98.92%, and an adsorption capacity of 49.46 mg/g. These findings demonstrate the effectiveness of chitosan/activated carbon composites in treating Ni<sup>2+</sup> contamination in electroplating wastewater, offering a sustainable environmental solution.</p> Anggiany Rizky Kosim Az-zahara Adelia Isni Utami Caecilia Pujiastuti Suprihatin Renova Panjaitan Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-06-30 2025-06-30 20 1 84 97 Silika Gel Dari Sekam Padi Dalam Meningkatkan Kemurnian Bioetanol https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/46 <p>Sekam padi adalah produk sisa yang berpotensi tinggi namun sering terabaikan. Kandungan silika yang sangat tinggi berkisar 87-97% sehingga dapat digunakan dan diolah mejadi berbagai produk dari industri teknologi hingga pertanian. Silika gel adalah salah satu produk berbahan baku silika yang merupakan material anorganik hasil polimerisasi asam silikat yang tersusun secara teratur. Silika gel juga salah satu adsorben hidrofilik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemurnian bioethanol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat silika gel dari abu sekam padi dengan variasi pengenceran Natrium silikat dengan Aquades 1:3, 1:4, 1:5, 1:6 dan 1:7 (v/v) dan variabel waktu aging selama 3, 6, 9, 12 dan. 18 jam. Silika gel dianalisa kadar air, analisa FTIR, analisa SEM dan analisa kadar alkohol dari penggunaannya sebagai adsorben untuk meningkat kemurnian bioethanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa silika gel terbaik dari variasi 1:4 dan waktu aging 18 jam dengan kadar air 13,35% dan hasil FTIR paling mendekati silika konvensional(Kiesel gel 60G).</p> Ni Ketut Sari Iva Muliatus Sohiva Abdul Rouf Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-06-30 2025-06-30 20 1 98 105 Efek Penambahan Surfaktan Linear Alkybenzene Sulphonate (LAS) Terhadap % Recovery Bitumen Pada Proses Pemisahan Bitumen Dari Asbuton Menggunakan Air Panas https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/48 <p>Pulau Buton di Sulawesi Tenggara merupakan tempat asal Asbuton, aspal alami yang tertanam dalam batuan. Bitumen dan agregat merupakan komponen dari aspal alami. Bitumen perlu dipisahkan dari aspal agar dapat digunakan secara efisien dalam industri aspal. Penelitian sebelumnya telah dilakukan mengenai penggunaan media air panas untuk memisahkan bitumen dari aspal; namun, bitumen yang digunakan tidak ideal karena viskositasnya tidak dapat diturunkan, sehingga pemisahan menjadi sulit. Modifikasi dilakukan dalam studi selanjutnya dengan menambahkan bahan bakar diesel, surfaktan anionik, dan NaOH; namun, persentase pemulihan yang dicapai tidak ideal. Surfaktan anionik kelas Linear Alkylbenzene Sulphonate (LAS) menjadi faktor yang diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana persentase pemulihan bitumen (%) dipengaruhi oleh penambahan surfaktan LAS. Penelitian ini dilakukan dalam tangki beraduk yang dilengkapi dengan empat baffle dan pengaduk disk turbin. Tangki tersebut memiliki diameter silinder 10,8 cm dan tinggi 20 cm. Fase awal penelitian melibatkan pencampuran 300 gram asbuton dengan 60% solar dalam tangki pengaduk yang diaduk pada kecepatan 250 rpm dan dijaga pada suhu 90 derajat Celsius selama 30 menit. Selanjutnya, larutan surfaktan LAS-NaOH dengan konsentrasi 25% ditambahkan ke dalam tangki yang mengandung campuran asbuton-solar (perbandingan larutan surfaktan terhadap campuran asbuton-solar). Konsentrasi natrium hidroksida 1 (% massa) dan larutan surfaktan yang digunakan adalah 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% (% massa). Setelah menambahkan larutan NaOH dan LAS dan mengaduk selama 30 menit pada kecepatan 1500 rpm, proses pencernaan dimulai. Selanjutnya, campuran dipindahkan ke gelas beaker dan ditambahkan air garam dengan konsentrasi 3,5% untuk memulai proses pemisahan. Setelah itu, cairan dalam gelas beaker dibiarkan selama satu hari. Tiga lapisan akan terbentuk dalam campuran setelah satu hari. Kepadatan lapisan atas, yang merupakan larutan bitumen solar, diukur untuk menghitung persentase pemulihan (%). Berdasarkan eksperimen, persentase pemulihan tertinggi terjadi pada penambahan 60% diesel, konsentrasi surfaktan LAS 1,5%, konsentrasi NaOH 1%, dan perbandingan penambahan larutan surfaktan LAS-NaOH 25%, atau 97,74% dari total larutan.</p> <p>Kata Kunci: <em>&nbsp;</em>Asbuton, Air Panas, Digesting, Solar, Surfaktan LAS.</p> Yosita Dyah Anindita Maja Pranata Marbun Ervie Sukma Prabawati Ratih Estu Nungraheni Susianto Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-06-30 2025-06-30 20 1 106 114 Studi Kelakuan Termal dan Parameter Kinetik Pirolisis Cangkang Kelapa Sawit dengan Katalis Red Mud https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/47 <p>Biomassa merupakan salah satu sumber energi alternatif yang melimpah. Salah satu metode konversi biomassa adalah proses dekomposisi termal berupa pirolisis, dimana dapat menghasilkan bio-char, gas, dan bio oil yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi perilaku degradasi termal dan parameter kinetika campuran biomassa dengan katalis <em>red mud</em>. Pendekatan yang digunakan ini adalah Thermogravimetric Analysis (TGA), yang mengukur perubahan massa dan laju dekomposisi seiring perubahan suhu atau waktu pada kondisi suhu yang terkontrol. Penelitian ini menggunakan cangkang kelapa sawit sebagai biomassa dan <em>red mud</em> sebagai katalis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan sampel berupa campuran biomassa+<em>red mud</em> 1:1 (PMR). Analisis termogravimetri dilakukan dari suhu kamar sampai 900 °C dengan variasi tiga <em>heating rate</em>&nbsp;&nbsp; yaitu 5, 10, dan 20 °C/min. Analysis parameter kinetika menggunakan metode model bebas, yaitu FWO (Flynn Wall Ozawa) dan KAS (Kissinger Akahira Sunose), untuk mengukur laju konversi sampel pada berbagai laju pemanasan. Hasil analisis termogravimetri menunjukkan bahwa penurunan massa pada sampel PMR mencapai 30,9%. Kenaikan <em>heating rate</em> mengakibatkan kenaikan pengurangan massa dan reaktivitasnya, serta profil dekomposisi termal biomass bergeser ke arah zona suhu yang lebih tinggi.&nbsp; Lebih jauh, analisis kinetika menggunakan metode FWO dan KAS menemukan fenomena bahwa konversi sample yang sesuai dengan kedua model dari 0,1 sampai 0,5. Selain itu diperoleh nilai energi aktivasi yang semakin meningkat dengan naiknya konversi.</p> Ariany Zulkania Melly Novitasari Dzannun Muhlashon Thoriq Asnan Zuhri Maharani Eka Syahputri Aliefiah Putri Febriani Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-06-30 2025-06-30 20 1 115 126 Sintesis Tembaga Oksida Berbahan Dasar Limbah Kawat Tembaga sebagai Produk Pasar dengan Metode Presipitasi https://jurnaltekkim.upnjatim.ac.id/index.php/jurnaltekkim/article/view/24 <p>Tembaga oksida (CuO) merupakan material semikonduktor tipe-p yang memiliki aplikasi luas dalam bidang katalisis, sensor gas, dan energi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis nanopartikel CuO menggunakan metode presipitasi kimia dengan bahan baku limbah kawat tembaga dan natrium hidroksida (NaOH) sebagai agen presipitasi. Proses sintesis dilakukan dengan variasi pH larutan dan suhu dehidrasi thermal larutan untuk mengoptimalkan ukuran dan morfologi partikel. Karakterisasi material dilakukan menggunakan X-ray Diffraction (XRD). Hasil XRD menunjukkan pembentukan fase CuO dengan struktur kristal monoklinik dengan ukuran rata-rata 75,5 nm. Studi ini menyimpulkan bahwa metode presipitasi kimia efektif untuk menghasilkan nanopartikel CuO dengan ukuran dan karakteristik yang terkontrol dan potensial untuk aplikasi dalam bidang energi dan lingkungan.</p> <p><strong>&nbsp;</strong></p> Sofia Cinintya Devika Mochammad Yusuf Sri Redjeki Dyah Suci Perwitasari Mu’tasim Billah Copyright (c) 2025 Jurnal Teknik Kimia 2025-06-30 2025-06-30 20 1 135 141